Pada skema Abrams dijelaskan bahwa hubungan karya sastra dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Pada satu titik kedua aspek tersebut bertemu.
Kelahiran suatu karya sastra tidaklah serta-merta lahir tanpa ibu, masyarakatlah yang melahirkan suatu karya sastra.
Sastra merupakan representasi zaman atau peradaban masyarakat. Setiap zaman memiliki dialektikanya tersendiri, sehingga peristiwa dan keadaan sosiologis masyarakat berpengaruh terhadap karya sastra pada suatu zaman atau kurun waktu tertentu.
Sastra dapat menampilkan kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial (Damono, 1979:1). Oleh sebab itu, sastra dapat dikatakan sebagai produk budaya. Sastra akan terproduksi bilamana ada masyarakat sebagai representasi dari karya sastra.
Menurut Plato, sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan (Else, 2003).
Oleh sebab itu, antara sastra (karya sastra) dan realitas saling berkaitan kuat. Sesuatu yang tergambar, terceritakan, atau terdapat dalam karya sastra adalah hasil dari pengamatan terhadap realitas.
Setiap zaman memiliki dialektikanya tersendiri, di mana peristiwa, keadaan sosiologis masyarakat berpengaruh terhadap karya sastra pada waktu itu. Oleh sebab itu, bolehlah kita menyebut bahwa sastra merupakan produk budaya atau anak zaman.
Sastra akan terproduksi bilamana ada masyarakat sebagai representasi dari karya sastra.