Provinsi Jambi, sebagaimana provinsi lainnya di Pulau Sumatra juga didiami oleh “penduduk asli” yang memiliki bahasa dan ciri khasnya sendiri. Salah satu suku yang cukup dikenal adalah Suku Kerinci. Suku Kerinci adalah kelompok masyarakat yang berada di wilayah kabupaten Kerinci di provinsi Jambi.
Suku Kerinci tergolong ke dalam kelompok Ras Melayu, akan tetapi beberapa ahli sejarah menduga suku Kerinci justru “lebih tua” dari suku Melayu yang mendiami wilayah Sumatera mulai dari provinsi Riau hingga Sumatra bagian selatan. Dugaan ini diperkuat oleh penemuan naskah Melayu tertua yang ditemukan di Kerinci pada abad ke-14 Masehi.
Menurut para menurut para peneliti sejarah, sewaktu kedatangan Proto Melayu ke wilayah Kerinci, daerah ini telah ditinggali oleh manusia. Manusia ini dikenal dengan istilah “Manusia Kecik Wok Gedang Wok”. Istilah ini merupakan sebutan yang digunakan oleh para pakar untuk menamai manusia ini.
Asal usul manusia ini belum bisa diketahui oleh para ahli, mereka juga tidak memiliki nama sapaan atau panggilan, hanya kata Wok yang dipakai untuk memanggil sesamanya sehingga para ahli menamai manusia tersebut dengan nama tersebut. Manusia “Kecik Wok Gedang Wok” masih hidup primitif,mereka tinggal di dalam goa-goa dan tebing-tebing batu.
Manusia ini merupakan penduduk pertama yang menghuni wilayah Kerinci sejak 10.000 tahun lalu. Kedatangan Ras Melayu Tua ke wilayah Kerinci menyebabkan percampuran antara manusia Kecik Wok Gedang Wok dengan masyarakat Ras Melayu tua. Begitupun pasca kedatangan Ras Melayu muda, sehingga terbentuklah masyarakat Suku Kerinci.
Kata Kerinci berasal dari bahasa Tamil yakni Kurinji yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana).tumbuhan ini tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800 m. Penamaan ini ditujukan untuk menyebut kawasan pegunungan yang didiami oleh masyarakat Suku Kerinci.
Masyarakat Suku Kerinci tersebar di beberapa wilayah sekitar kabupaten Kerinci di antaranya wilayah Serampas, di daerah Sungai Tenang, wilayah Muara Siau dan di daerah Jangsukukat. Sebagian lagi konon telah melakukan migrasi ke Kerinci Rendah atau daerah sungai Manau (Tanah Renah) hingga sampai ke daerah Koto Baru yang merupakan wilayah Sumatera Barat paling Selatan.
Masyarakat suku Kerinci adalah masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat. Masyarakat suku kerinci menganut sistem kekeluargaan Matrilineal dimana silsilah keturunan menutut kepada keluarga ibu. Masyarakat suku ini berkomunikai dengan menggunakan bahasa Kerinci. Bahasa ini masih berkerabat dengan bahsa Minangkabau dan bahasa melayu Jambi.
Suku kerinci juga mengenal tulisan tradisional yang disebut dengan aksara Incung yang termasuk dalam salah satu variasi dari surat ulu. Masyarakat Suku Kerinci bermata pencaharian dalam bidnag pertanian. Suku Kerinci juga dikenal dengan berbagai kesenian daerahnya seperti tari Iyo-Iyo, Tari Rangguk, tari Tauh, Tale (nyanyian bersama) dan sebagainya.
Pada awalnya masyarakat suku Kerinci, hidup berkelompok dan menetap di duseung (dusun). Dalam sebuah dusun terdiri dari masyarakat yang merupakan satu akar kelompok keturunan berdasarkan pada garis keturunan matrilineal.
Dalam setiap Duseoung terdiri dari beberapa Laheik Jajou atau Larik (Rumah Panjang) yang mereka dirikan secara berderet dan saling terhubung dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Setiap Larik dipimpin oleh seorang Tetua Suku yang disebut sesuai marga-nya. Dalam larik terdapat kelompok yang dinamakan Tumbi.
Diantara Tumbu Tumbi yang ada, terdapat kelompok terpenting yang di sebut Kalbu dimana terdapat Pemangku Adat yang bertugas mengatur kehidupan masyarakat dalam kalbu tersebut.
Selanjutnya beberapa Duseoung (Dusun) dan juga kelompok masyarakat adat itu di sebut Kemendapoan yang pemimpinnya disebut dengan Mendapo. Masyarakat suku Kerinci biasanya mendirikan Duseoung di sekitar wilayah yang dekat dengan sumber air seperti di tepi sungai atau danau.
Suku Kerinci merupakan tipikal masyarakat yang dekat dengan alam. Suku ini banyak melahirkan kebudayaan dan kearifan local yang kaya akan nilai kultural. Sebagai salah satu suku yang diidentifikasi sebagai ras Melayu tertua, masyarakat Kerinci menjadi sebuah bagian sejarah penting dalam peradaban manusia di Indonesia.
Oleh karena itu, tradisi dan budaya yang ada pada masyarakat Kerinci harus menjadi bagian dari kekayaan kebudayaan dan keragaman yang terus mendapatkan perhatian.